Ekonomi Kerakyatan Nasionalisme Ekonomi
Sebuah pertanyaan klasik yang selalu kita dengar : mengapa Indonesia yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia hingga hari ini sekitar 200 juta rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan, kebodohan, penyakit menular, ketimpangan sosial, ketakutan akan tindakan kekerasan dan penggusuran, kecemasan akan masa depan, serta ancaman gerakan separatis akibat kekecewaan daerah. Jawabannya : kekayaan sumber daya alam negara kita dikeruk setiap hari dan sebagian besar dinikmati oleh segelintir elit politik/birokrasi dan orang kaya di negeri ini, korporasi-korporasi multinasional, dan negara-negara maju.

Akar masalahnya, Indonesia mengembangkan ekonomi konglomerasi yang digerakkan oleh kapitalisme global dan neoliberalisme. Atas nama tuntutan globalisasi, kita membuka lebar-lebar masuknya utang luar negeri, perusahaan-perusahaan transnasional, investasi asing, dan berbagai produk impor. Karena fokus para pemimpin ke ekonomi konglomerasi, ekonomi kerakyatan pun mati suri. petani, peternak, nelayan, dan UMKM kewalahan menghadapi serbuan produk-produk impor. Pengelolaan BUMN dan BUMD tidak efisien dan produktif karena sarat korupsi, kolusi, dan nepotisme serta jauh dari prinsip-prinsip good corporate governance (GCG).

Buku ini mau menggugah nasionalisme seluruh anak bangsa, tanpa kecuali. Hanya dengan nasionalisme dan patriotisme, kita memiliki keberanian untuk mengembalikan roh ekonomi kita yang hilang, yaitu Ekonomi Pancasila alias Ekonomi Kerakyatan. Diyakini bahwa hanya hanya dengan kembali ke spirit Ekonomi Kerakyatan, negeri ini bebas dari kemiskinan dan kesengsaraan, bebas dari ketergantungan kepada utang luar negeri, modal asing, dan barang - barang impor. Di atas semua itu, bebas dari intervensi asing untuk kita kembali menata rumah tangga ekonomi kita yang khas : ekonomi berbasis rakyat banyak.