Puisi-puisinya mengurai jernih dan renyah tentang politik, cinta, dan dakwah dengan jujur, tajam, dan religius. Sajian tuturannya indah, mengingat pada sosok Buya Hamka, Amir Hamzah, dan KH Mustofa Bisri yang berdakwah melalui puisi. Bahkan, puisi-puisi cintanya, tak kalah romantisnya dengan sang maestro penyair Indonesia, Chairil Anwar. Puisinya tak terbatas curhatan hati pribadi yang dinikmati sendiri melainkan mampu menembus batas menuju keuniversalan. Kunci kekuatan kepenyairan Ichsan ada pada penjiwaan, kejujuran, ketulusan, dan kegandrungan pada kebenaran. Semua itu melahirkan puisi-puisi yang naturalis dan universal. Keindahannya mendobrak realitas sosial-politik yang penuh kepura-puraan dan kebohongan. Saya menganjurkan guru Bahasa Indonesia, siswa dan penikmat sastra untuk membaca buku ini.
Erfi Firmasyah, M.A. Dosen Sastra UNJ, Wakil Ketua Forum Literasi Indonesia, dan Penulis Buku Ajar Bahasa Indonesia."

Puisi-puis karya Mas Ichsan ini, menginspirasi saya tentang bagaimana cara mengelola berbagai karakter dalam sebuah pemeranan, sehingga menjadi tontonan yang memikat dan tetap setia dengan cerita.
Didied Kertarasadjasa, Sutradara Film Televisi, Sutradara, Pengajar dan Pemerhati Teater Anak-anak

Puisi-puisinya tak sekedar untaian kata-kata nan indah, lebih dari itu, membuat jiwa dan raga serasa hidup, selaras dan harmoni. Ibarat kata yang berdamai dengan makna, bak puisi mas Ichsan.
Bambang Suryantoro, S.H. (Anto Suharton) Advokat, Pengiat Seni Teater dan Pemerhati Anak Indonesia,

Puisi-puisinya sangat positif dan terpuji, baik tersurat maupun tersirat. Diksi-diksinya jempol lagi dalam, bermakna dalam membentuk karakter cinta literasi bagi siswa dan membantu guru sebagai bahan kajian materi bahasa Indoensia di sekolah.
Rani Chaerani, M.Pd. Trainer pendidikan guru jempol, konsultan sekolah literasi Indonesia dan penulis Buku Tematik JSIT Indonesia.