Sekilas tentang buku, Tesis utama dalam buku ini adalah representasi perempuan didunia publik. Minimnya gambaran tersebut bisa mengakibatkan persepsi yang keliru tentang kemampuan perempuan dan bisa mendorong absennya perempuan untuk berkiprah di ranah publik. Dengan demikian sudah saatnya awak media menggunakn perspektif gender dalam menyajikan berita.
Walaupun kita pernah memiliki presiden perempuan, namun tidaklah mudah bagi seorang perempuan untuk berpatisipasi dalam dunia politik karena dunia politik dianggap sebagai dunia yang sangat maskulin. Dewasa ini, khalayak media tidaklagi dianggap pasif tapi sudah merupakan khalayak yang aktif dalam hal memaknai media, mereka bahkan bisa mengkritisi dan memiliki opini yang berbeda dari pemberitaan media. Ironisnya, persepsi mereka tentang perempuan sebagai presiden tetap sejalan dengan pemberitaan media yang bias gender.

Perempuan sebagai Presiden di Mata Media dan Khalayak
Minimnya kaum perempuan sebagai narasumber berita dalam pemberitaan Tenaga Kerja Wanita (TKW) menunjukkan bahwa persoalan TKW lebihy banyak dilihat dari kacamata laki-laki. Padahal ada perbedaan pandangan antara narasumber laki-laki yang adalah pejabat negara menekankan penyelesaian masalah hukuman mati TKW yang sesuai dengan prosedur, maka narasumber perempuan menekankan pentingnya terobosan yang perlu dilakukan pemerintah dalam menyelamatkan pahlawan devisa ini.

Potret Buram TKI - Analisis Wacana Pemberitaan Hukuman Mati TKI Ruyati
Pemanasan global sudah tak bisa dibendung, namun pemberitaan pemanasan global atau perubahan iklim tak terlalu popular dibandingkan berita-berita politik, korupsi, hukum, ekonomi dan lainnya. Partisipasi perempuan dalam mengatasi perubahan iklim menjadi semakin tak keliatan. Media cenderung menggambarkan perempuan pedesaan sebagai korban dampak perubahan iklim, atau perempuan merupakan sosok yang tidak memiliki kontribusi penting dalam mengatasi dan mengantisipasi perubahan iklim yang menimpa keluarga dan masyarakat.